MAKALAH PERTEMUAN KE-4
MATA
KULIAH :
ADMINISTRASI
DAN MUTU PELAYANAN KESPRO
Topik :
TQM (Total Quality
Management)

Dosen Pengampu :
Suryati S. Pd, M. Kes, Kons
Oleh :
Dirga
Yama Putra 1110331016
Pratiwi
Tamela 1110333067
FAKULTAS
KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS
ANDALAS
2014
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan karunia, serta
IlmuNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan
salam kami hadiahkan kepada rasulullah yakninya Nabi Muhammad SAW, yang telah
mengubah pengetahuan yang tidak baik menjadi pengetahuan yang di ridhai Allah
SWT.
Makalah ini dibuat sehubungan dengan tugas mata kuliah Administrasi dan Mtu Pelayanan Kesehatan Reproduksi
yang diamanahkan oleh dosen yang bersangkutan. Dan adapun yang dibahas dalam makalah ini yaitu mengenai TQM (Total
Quality Management).
Kami
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini, sehingga makalah ini diselesaikan tepat waktu.
Akhir
kata, mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam penulisan modul ini.
Padang, Maret
2014
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ ii
BAB I TEORI.............................................................................................................................. 1
1.1 Total Quality Management (TQM) ........................................................................................ 1
1.2 Definisi TQM.......................................................................................................................... 2
1.3 Karakteristik TQM.................................................................................................................. 2
1.4 Model-model TQM ................................................................................................................ 3
1.5 Manfaat TQM......................................................................................................................... 5
1.6 TQM dalam dunia kesehatan.................................................................................................. 6
1.7 Kelebihan dan kelemahan TQM............................................................................................. 7
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................. 9
BAB III (Penutup)........................................................................................................................ 12
2.1 Kesimpulan............................................................................................................................. 12
2.2 Saran....................................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. iii
BAB
I
TEORI
1.1
Total Quality
Management (TQM)
TQM bermula di AS selama PD II, ketika
ahli statistik AS W.Edward Deming menolong para insinyur dan teknisi untuk
menggunakan teori statistik untuk memperbaiki kualitas produksi. Setelah
perang, teorinya banyak diremehkan oleh perusahaan Amerika. Kemudian Deming
pergi ke Jepang, dimana dia mengajarkan pemimpin bisnis top pada Statistical
Quality Control, mengajarkan mereka dapat membangun negaranya jika
mengikuti nasehatnya. TQM muncul
sebagai respon pada kesulitan membaurkan pendekatan kualitas teknis dengan
tenaga kerja yang berkembang
pesat tak terlatih atau semi terlatih saat dan setelah PD 2.
Meskipun banyak dari ide tersebut
berawal di AS namun sebagian besar perusahaan Jepanglah yang mengimplementasikannya
dan memperbaikinya dari 1950an. Seperti halnya pendekatan kualitas teknis, TQM
juga menekankan pada pentingnya input namun mengembangkannya dari kompetensi
teknis ke juga termasuk pentingnya motivasi orang dan kemampuannya untuk
bekerja dalam tim dalam rangka memecahkan persoalan. Sebagai tambahan TQM
berfokus pada pentingnya proses bisnis yang baik -- terutama satu pola yang
mengurangi hambatan dari batasan internal— dan mengerti kebutuhan detail pelanggan
sehingga kebutuhan mereka dapat sepenuhnya tercapai. Keperluan-keperluan ini
sejauh ini mencapai tahap dimana TQM menjadi pemikiran terbaik sebagai filosofi
manajemen umum daripada pendekatan tertentu untuk kualitas. Dalil TQM telah
digunakan oleh European Foundation for Quality Management (EFQM) yang dimodelkan
pada penghargaan Malcolm Baldrige Quality Award (MBQA) dari AS dan
pendahulunya Deming Prize di Jepang.
1.2 Definisi TQM
Terdapat
beberapa definisi TQM:
a. Tobin
(1990) mendefinisikan TQM sebagai usaha terintegrasi total untuk mendapatkan
manfaat kompetitif dengan cara secara terus-menerus memperbaiki setiap faset
budaya organisasional.
b. Witcher
(1990) menekankan pada pentingnya aspek-aspek TQM menggunakan penjelasan
berikut:
1. Total:
Menandakan bahwa setiap orang dalam perusahaan harus
dilibatkan (bahkan mungkin pelanggan dan para pemasok).
2. Quality:
Mengindikasikan bahwa keperluan-keperluan pelanggan
sepenuhnya dipenuhi
3. Management:
Menjelaskan bahwa eksekutif senior pun harus komit
secara penuh
c. Feigenbaum
(1983) mendefinisikan TQM sebagai dampak kontrol kualitas total diseluruh
organisasi.
d. TQM
merupakan suatu pendekatan bagi perbaikan kualitas produk secara kontinyu dan
jasa yang disampaikan melalui setiap tingkatan dan segala bidang dari suatu
organisasi (Pfau, 1989).
e. TQM
adalah pendekatan sistematis pada desain pendidikan, manajemen dan operasional
untuk berfokus dan mengorganisir kerja karyawan dalam organisasi untuk
menunjukkan kinerja kegiatan tertentu, antara lain untuk . untuk mengetahui dan
memenuhi kualifikasi kerja mereka, mencegah masalah yang dapat mengakibatkan
kerusakan, memahami resiko apabila tidak dapat memenuhi kualifikasi tersebut
dan berusaha untuk menekan resiko kerja (Bently, 1987).
f. TQM
adalah analisis sistematis, tetapi fokusnya berubah arah, dari kembali proses
yang dikendalikan oleh kontrol eksternal melalui prosedur pemenuhan dan
peningkatan kepada proses kebiasaan melakukan perkembangandimana kontrol
ditanamkan dan dikendalikan oleh budaya kerja dalam organisasi
(Foster&Whittle, 1989).
Maka secara umum TQM dapat didefinisikan
sebagai sistem pendekatan jangka panjang yang bersifat pragmatis yang
diprakarsai dan didukung oleh manajemen tingkat atas, untuk mengubah budaya dan
menghubungkan dan menggabungkan setiap orang, setiap fungsi, setiap proses, dan
setiap aktifitas dalam sebuah organisasi melalui keterlibatan, partisipasi, dan
lintas fungsi manajemen untuk menyatukan kebutuhan dinamis dari konsumen dan
untuk menciptakan dasar konsumen yang tidak hanya loyal tapi juga bervariasi.
1.3 Karakteristik TQM
a. TQM adalah sistem pendekatan jangka panjang yang bersifat
pragmatis.
b. TQM diprakarsai dan didukung oleh manajemen tingkat atas.
c. TQM membawa perubahan budaya pada setiap aspek dari sebuah
organisasi.
d. TQM menghubungkan dan menggabungkan berbagai sub sistem dalam
organisasi.
e. TQM memerlukan keterlibatan, partisipasi dan lintas fungsi
manajemen. Tujuan TQM tidak dapat tercapai tanpa adanya partisipasi semua orang
pada tingkatan yang berbeda dalam proses pemecahan masalah.
f. TQM bertujuan untuk menyatukan kebutuhan dinamis dari konsumen dan
untuk menciptakan dasar konsumen yang tidak hanya loyal tapi juga bervariasi.
Ciri-ciri TQM :
a.
TQM
berorientasi konsumen.
b.
TQM
menuntut komitmen jangka panjang untuk perbaikan terus menerus dalam segala
proses.
c.
Kesuksesan
TQM menuntut kepemimpinan dari manajemen tingkat atas dan keterlibatan secara
kontinyu.
d.
Tanggung
jawab akan pembentukan dan perkembangan sistem dipegang oleh manajemen sebuah
organisasi.
e.
TQM adalah
strategi untuk perkembangan performa secara terus menerus pada setiap tingkatan
dan di setiap bidang tanggung jawab.
1.4
Model-model TQM
a.
The Oakland
Model of TQM (Piramida TQM)
Sebuah piramida yang terdiri
dari 5 komponen yang berbeda yaitu, komitmen manajemen, rantai antara
distributor dan konsumen, sistem mutu, kontrol produksi standar, dan kerja tim.
Komponen komitmen manajemen dari model ini ditandai dengan peranan tim
manajemen senior dalam memimpin dan memperkenalkan perubahan. Komitmen mereka
harus direfleksikan sebagai investasi pada wilayah yang diperlukan, dan
sejumlah resiko yang diambil guna pencapaian kesuksesan. Rantai antara konsumen
dan distributor adalah inti dari model Piramida Oakland. Hal tersebut
mencerminkan proses kepemilikan, proses manajemen, dan proses perbaikan yang
bergerak pada rantai. Model ini menunjukkan bahwa sistem manajemen mutu yang
baik, kontrol proses secara statistik, dan kerja tim merupakan kebutuhan pokok
untuk mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan konsumen.
b.
Sohai, Tay,
Wirth’s Integrated Model of TQM (Model Integral TQM)
Sohai, Tay, dan Wirth memperkenalkan model integral. Model ini
mengemukakan bahwa perbaikan mutu yang dilakukan terus menerus harus muncul
berdasarkan pendekatan integral dari mutu yang terkontrol melalui rencana kerja
pada operasi yang berbeda dalam siklus bisnis. Model ini mempunyai 5 komponen
utama, yaitu : fokus pada pelanggan, komitmen manajemen, partisipasi total,
kontroll mutu secara statistik, proses pemecahan masalah yang sistematik. Model
ini menekankan bahwa dengan melibatkan orang pada level bawah yaitu memperbaiki
moral, rasa memiliki dan tanggung jawab mereka, dan menggunakan teknik
statistik untuk menganalisis data yang telah terkumpul dan mengadopsi siklus
PDCA, misi untuk perbaikan kualitas yang berkelanjutan dapat tercapai untuk
memberikan pelayanan yang memuaskan pada konsumen baik secara internal maupun
eksternal.
c.
The
Building Blocks of TQM
Model ini diperkenalkan oleh
Zaire (1991) yang membagi TQM pada tiga level. Dasar dari model ini adalah
perbaikan terus menerus, manajemen nilai tambah dan keterlibatan pegawai. Pilar
model ini terdiri dari SPC, SQC, rantai distributor dan konsumen, sistem
kontrol manajemen, sistem industri maju dan desain tempat bekerja. Level
teratas dari model ini dibentuk oleh perencanaan mutu, kepemimpinan dan visi
bagi persaingan global. Model ini berpendapat bahwa TQM tergantung pada
bangunan ini yang bersama-sama menentukan kekuatan dan keamanan organisasi.
Lebih jauh model ini berpendapat bahwa kelemahan pada satu bidang akan
mempunyai efek yang buruk terhadap keseluruhan proses TQM dan oleh karena itu
model ini berpendapat bahwa organisasi perlu memfokuskan strategi implementasi
TQM pada setiap aspek usaha.
d.
Dimensional
Quality Model (Model Tiga Dimensi Mutu )
Model ini diperkenalkan oleh
Price dan Gaskill (1990) untuk mengembangkan strategi riset TQM sesuai dengan
kebutuhan bisnis. 3 dimensi mutu tersebut antara lain :
1.
Dimensi
jasa dan produk : tingkat dimana konsumen puas dengan tersedianya produk dan
jasa.
2.
Dimensi
masyarakat : tingkat dimana konsumen puas dengan hubungan orang pada penyuplai
produk atau jasa.
3.
Dimensi
proses : tingkat dimana produsen merasa puas dengan proses kerja internal, yang
digunakan untuk mengembangkan produk dan jasa yang disediakan untuk konsumen.
Model ini menyatakan bahwa organisasi harus memperhatikan ketiga
dimensi dan harus mengukur, menganalisis dan memperbaiki keadaan perusahaannya
atas dasar pertimbangan ketiga dimensi tersebut.
e.
The House
of TQM Model
Kano (1993) menyatakan model The House TQM untuk menunjukkan
struktur TQM dan Teory Sweating Quality untuk memperkenalkan TQM. Pada The
House of TQM, dari mulai bagian lantai sampai atap termasuk TQM. Dimana lantai
merupakan simbol dari “pendekatan motivasi” dan atapnya menunjukkan kepuasan
konsumen yang merupakan tujuan TQM. Pendekatan motivasi yang digambarkan pada
bagian lantai dari model, menyiratkan kondisi yang mendorong manajemen dan
karyawan untuk melakukan “sweating work”, yaitu kerja berat seperti
mempromosikan standarisasi, mendidik, melatih, mengumpulkan dan menganalisis
data. Salah satu pilar dari The House adalah ”konsep”, hal ini menunjukkan
bagaimana cara untuk beralih dari perspektif tertentu ketika teknologi
interaktif dan motivasi telah ada. Hal itu mengandung teori tentang mutu,
seperti “mutu adalah kepuasan konsumen” atau “proses selanjutnya adalah
konsumen kita”, dan teori manajemen seperti “PDCA Cycle”. Ketika aktifitas
aktual berdasarkan konsep ini mulai berjalan, beberapa “teknik” (pilar kedua)
untuk mengumpulkan dan menganalisis data menjadi penting. Ketujuh alat QC dan
prosedur “the QC story” adalah teknik standar untuk tujuan ini dan metode
statistik pun bisa digunakan. “sarana” yang merupakan pilar ketiga, didalamnya
tercantum kebijaksanaan manajemen, manajemen harian, dan siklus QC untuk
efektifitas dan efisien mempromosikan aktifitas perbaikan dalam organisasi
lebih efektif dan efisien.
1.5 Manfaat TQM
a)
TQM membuat
perusahaan berfokus pada keinginan pasar.
b)
TQM
menguinspirasi pekerja untuk memberikan mutu terbaik dalam setiap aktifitas.
c)
TQM
menyalurkan prosedur yang penting untuk memperoleh hasil yang unggul.
d) TQM membantu untuk secara kontinyu menguji semua proses untuk
membuang hal yang tidak diperlukan dan hal yang tidak produktif.
e)
TQM
mendukung perusahaan untuk benar-benar mengerti persaingan yang ada dan untuk
membangun strategi perang yang efektif.
f)
TQM
membantu untuk membangun prosedur yang baik untuk komunikasi dan menghargai
kerja yang baik.TQM membantu untuk mengulas proses apa yang diperlukan untuk
membangun strategi perkembangan secara kontinyu.
Price and Cher (1993), telah mengidentifikasi elemen dasar TQM
sebagai berikut;
1)
Peningkatan
SDM: TQM bertujuan untuk
memperdayakan sumberdaya manusia untuk mencapai hasil bisnis yang optimal
melalui kerja tim hal ini melibatkan pelatihan yang berfokus pada keterampilan
berkomunikasi, keterampilan interaksi dan keterampilan memimpin rapat yang efektif,
pelatihan ini memungkinkan para pekerja terlibat secara aktif dalam perbaikan
produk dan proses secara terus menerus dan mengacu pada perbaikan kerja.
2)
Perbaikan
mutu terus menerus: melibatkan prinsip
dasar mutu, secra siklus deming (PDCA).
3)
Proses: penggunaan proses pemecahan masalah sebagai sebuah pegangan
untuk menganalisa permasalahan, pemilihan solusi, pengembangan sebuah rencana
tindakan dan mengevaluasi hasil implementasi. Penggunaan proses perbaikan mutu
untuk menurunkan keperluan pelanggan kepada siatu spesifikasi dimana
spesifikasi tersebut untuk proses kerja yang sudah terdefinisikan dengan jelas
agar dapat diperbaiki yang berfokus untuk keperluan dan kepuasan pelanggan.
4)
Pelanggan: TQM berfokus pada pelanggan dan kepuasan pelanggan.
5)
Memperhatikan
Persepsi mutu pelanggan; yang
berhubungan dengan kepuasan pelanggan yang berkolerasi dengan kepuasan
pelanggan terhadap mutu, kepuasan mutu, mutu yang menyenangkan, mutu yang
berbeda hal ini harus ditujukan untuk mencegah ketidakpuasan pelanggan,
memenuhi harapan pelanggan dan menyenangkan pelanggan.
1.6 Implemetasi Total Quality Mangement dalam
Dunia Kesehatan
Di tengah era global yang ditandai
dengan tingkat kompetisi yang makin tajam dan perubahan lingkungan bisnis yang
bergerak dengan cepat, pragmatis dan cenderung tak terduga, mengharuskan setiap
organisasi untuk selalu meningkatkan daya saingnya. Selain itu tuntutan
pelanggan juga makin kuat terhadap produk maupun jasa yang bermutu, seiring
dengan banyaknya alternatif barang dan jasa yang tersedia dan meningkatkanya
pengetahuan serta status sosial masyarakat.
Sektor jasa yang kini sedang
berkembang dengan pesat adalah jasa kesehatan, di tengah meningkatnya kesadaran
masyarakat dalam memaknai kata “sehat” sebagai bagian dari investasi mereka di
masa depan. Organisasi yang bergerak dalam bidang kesehatan secara ilmiah
hampir memiliki prosedur kerja yang hampir sama Artinya bahwa secara teknis
penanganan pasien dalam berbagai kondisi hampir terstandarkan dengan prosedur
yang sama. Oleh karenanya peningkatan mutu layanan kini bukan lagi pada mutu
teknikal semata yang merupakan bagian dari “way to life” pelayanan
kesehatan, namun mengarah pada bagaimana mengelola pelayanan
kesehatan yang memiliki daya saing di mata pengguna jasanya dengan memenuhi
keinginannya (Kualitas).
Konsep kualitas telah didefinisikan
para ahli dari berbagai sudut pandang masing-masing. Namun demikian terdapat
persamaan yang pada esensinya mengarah pada upaya pemenuhan harapan konsumen.
Harapan konsumen tidaklah konstan dari waktu ke waktu, namun selalu berubah
secara dinamis, sehingga apa yang menjadi harapan konsumen pada saat sekarang
ini mungkin tidak akan menjadi pilihan untuk masa yang akan datang dan berarti
pula bahwa produk dan jasa yang berkualitas pada saat ini mungkin tidak
berkualitas lagi di masa mendatang.
Tjiptono (2001) menjelaskan bahwa
kualitas adalah kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia,
proses yang memenuhi atau melebihi harapan konsumen. Dari definisi ini jelas
bahwa kualitas tidak semata-mata terkait dengan produk akhir, namun demikian
kualitas juga terkait dengan mutu proses, terlebih lagi dalam industri jasa
yang mengedepankan mutu interaksi antara pengguna jasa dengan front line
officer yang merupakan ujung tombak dalam kualitas industri jasa. Dari definisi
itu jelas pula bahwa pengguna jasalah yang paling berhak menyatakan kualitas
dengan membandingkan apa yang harapkan dengan persepsi mereka setelah menerima
jasa tersebut (perceived performance).
Kondisi yang demikian akan memacu
perkembangan jasa pelayanan kesehatan dalam hal ini pelayanan kesehatan
bagi calon jamaah haji (CJH). Intensitas interaksi CJH sebagai pengguna jasa
dengan lini organisasi kesehatan ini akan menggambarkan sejauh mana pemerintah
sebagai provider mampu menyediakan jasa kesehatan yang layak dan
memuaskan CJH.
1.7 Kelebihan
dan Kelemahan Total Quality Management
a.
Kelebihan
TQM tidak mempercayakan semata-mata
pada perintah atasan yang memerintah, jaringan dikembangkan secara
multi-channel dan interaktip melalui suatu organisasi. Oleh karena
itu, TQM adalah penting untuk menetapkan
mata rantai kerjasama di dalam organisasi.
Transformational Perubahan terjadi hanya ketika
isu yang sulit, seperti anggaran, pabrikasi, pemasaran, distribusi
dan seterusnya dicampur dengan isu yang sederhana seperti
nilai-nilai, kultur, visi, gaya kepemimpinan,
perilaku inovatif dan seterusnya.
b.
Kelemahan
TQM adalah
a.
Kualitas sering merupakan aktivitas
sampingan, terpisah dari isu kunci dari strategi usaha dan kinerja.
b.
Pada banyak organisasi, kualitas
dirasakan bersifat temporer dan apabila pemimpin yang memprakarsainya
meninggalkan perusahaan, kualitas kemudian diabaikan.
c.
Kebingungan terhadap TQM berasal
dari kata kualitas itu sendiri.kata kualitas mempunyai banyak arti, tergantung
dari bagaimana kita memandangnya.
d.
Banyak perusahaan yang membuat
kualitas lebih kabur atau tida jelas dengan menetapkan tujuan yang tampak
positif tanpa memilki cara untuk memonitor kemajuan pencapaian tujuan tersebut.
e. TQM
merupakan aktivitas yang bersifat hanya di dalam departemen-departemen di
banyak perusahaan
BAB
II
PEMBAHASAN
Perkembangan Mutu TQM
1.Era Tanpa Mutu
Era ini
dimulai sebelum abad ke-18, dimana produk yang dibuat tidak memperhatikan mutu.
Kondisi ini mungkin terjadi jika perusahaan tersebut tidak memiliki pesaing (
monopoli ).
2.Era Inspeksi
Pada zaman
ini, mutu hanya melekat pada produk akhir. Dengan kata lain, masalah mutu hanya
berkaitan dengan produk yang rusak atau cacat. Zaman ini berlangsung di negara
Barat sekitar tahun 1800-an, dimana produsen mulai mendapatkan pesaing dan
produksi yang digunakan adalah produksi massal. Pemilihan terhadap produk akhir
dilakukan dengan melakukan inspeksi. Perhatian produsen terhadap mutu sangat
terbatas. Manajemen puncak sama sekali tidak menaruh perhatian terhadap
kualitas produk, dan tanggung jawab terhadap produk didelegasikan pada
departemen inspeksi/operasi dengan titik berat pada produk akhir sebelum
dilepas ke konsumen sehingga perbaikan terjadi ketika kesalahan telah terjadi.
3.Era Statistical Quality Control
Era ini
dimulai pada tahun 1930 yang diperkenalkan oleh Walter A. Shewart. Jika pada
zaman inspeksi terjadi penyimpangan atribut produk yang dihasilkan dari atribut
standar ( terjadi cacat ), departemen tersebut tidak dapat mendeteksi apakah
penyimpangan tersebut disebabkan karena kesalahan pada produksi atau hanya
karena kebetulan. Dengan demikian, informasi yang diperoleh tidak dapat
digunakan untuk melakukan perbaikan terhadap produksi untuk mencegah hal
serupa. Tetapi pada statistical quality control, departemen inspeksi dilengkapi
dengan alat dan metode statistic dalam mendeteksi adanya penyimpangan yang
terjadi dalam produk yang dihasilkan selama proses produksi. Data penyimpangan
tersebut dapat diberitahukan kepada departemen produksi sebagai dasar
diadakannya perbaikan terhadap proses dan system yang digunakan untuk mengolah
produk. Para era ini, deteksi penyimpangan signifikan secara statistic sudah
mulai dilakukan sehingga kualitas produk sudah mulai dikendalikan departemen
produksi. Akan tetapi konsep kualitas masih terbatas pada atribut yang melekat
pada produk yang sedang dan telah diproduksi.
4.Era Quality Assurace
Di era ini,
konsep mutu mengalami perluasan. Jika dulu hanya terbatas pada tahap produksi
kini mulai merambah ke tahap desain dan koordinasi dengan departemen jasa (
seperti bengkel, energy, perencanaan dan pengendalian
produksi, serta pergudangan ). Keterlibatan manajemen dalam penanganan mutu
produk mulai disadari pentingnya karena keterlibatan pemasok dalam penentuan
mutu produk memerlukan koordinasi dan kebijakan manajemen. Pada zaman ini mulai
diperkenalkan konsep mengenai biaya mutu, yaitu pengeluaran akan dapat
dikurangi jika manajemen meningkatkan aktifitas pencegahan yang merupakan hal
yang lebih penting daripada upaya perbaikan mutu atas penyimpangan yang sudah
terlanjur terjadi.
5.Era Strategis Quality Management / Total Quality Management
Banyak yang
beranggapan bahwa TQM berasal dari Jepang, mengingat konsep TQM banyak
dipengaruhi perkembangan-perkembangan di Jepang. Kekalahan Jepang pada perang
dunia II, membangkitkan budaya Jepang dalam membangun sistem kualitas modern.
Hadirnya pakar kualitas W. Edward Deming di Jepang pada tahun 1950 membuat para
ilmuwan dan insinyur Jepang lebih bersemangat dalam membangun dan memperbaiki
sistem kualitas. Keberhasilan yang cukup pesat perusahaan Jepang di bidang
kualitas men jadi perhatian perusahaan-perusahaan di negara maju lainnya.
Perusahaan kelas dunia kemudian mempelajari apa yang pemah diraih oleh
perusahaan Jepang dalam mengembangkan konsep kualitas. Hasil studi
perusahaan-perusahaan industri kelas dunia ini menunjukkan bahwa keberhasilan
perusahaan Jepang ini salah satunya menerapkan apa yang dikenal dengan Total
Quality Management (TQM).
6. Era Gugus Kendali Mutu/Quality Control Circle
Tahun 1961 sampai sekarang dikatakan sebagai periode
pemantapan dan pengembangan (New Quality Creation). Pada tahun 1962, Prof. DR.
Kaoru Ishikawa memperkenalkan Gugus Kendali Mutu (Quality Control Circle). TQM
sangat mengutamakan adanya Gugus Kendali Mutu ( Quality Control Circle ),yaitu
sebuah mekanisme dan dinamika yang menjamin adanya evaluasi terhadap berbagai
hasil yang diperoleh secara kontinyu, dalam sebuah kelompok. Setiap anggota
kelompok melakukan hal tersebut dengan motivasi dan kesadaran yang mendalam
akan tanggung jawabnya sebagi anggota organisasi, yang hidup matinya tergantung
dari kondisi orgnasasi tempat ia bekerja tersebut.
Manfaat TQM
a.
TQM membuat
perusahaan berfokus pada keinginan pasar.
b.
TQM
menguinspirasi pekerja untuk memberikan mutu terbaik dalam setiap aktifitas.
c.
TQM
menyalurkan prosedur yang penting untuk memperoleh hasil yang unggul.
d.
TQM
membantu untuk secara kontinyu menguji semua proses untuk membuang hal yang
tidak diperlukan dan hal yang tidak produktif.
e.
TQM
mendukung perusahaan untuk benar-benar mengerti persaingan yang ada dan untuk
membangun strategi perang yang efektif.
f.
TQM
membantu untuk membangun prosedur yang baik untuk komunikasi dan menghargai
kerja yang baik.TQM membantu untuk mengulas proses apa yang diperlukan untuk
membangun strategi perkembangan secara kontinyu.
Price and Cher (1993), telah mengidentifikasi elemen dasar TQM
sebagai berikut;
1.
Peningkatan SDM
2.
Perbaikan mutu terus menerus:
3.
Proses
4.
Pelanggan: TQM berfokus pada
pelanggan dan kepuasan pelanggan.
5.
Memperhatikan Persepsi mutu
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perkembangan TQM melalui enam
tahapan : Era Tanpa Mutu, Era Inspeksi, Era Statistical Quality Control,
.Era Quality Assurace, Era Strategis Quality Management / Total Quality
Management, dan Era Gugus Kendali Mutu/Quality Control Circle.
TQM bermula di AS selama PD II,
ketika ahli statistik AS W.Edward Deming menolong para insinyur dan teknisi
untuk menggunakan teori statistik untuk memperbaiki kualitas produksi. Setelah
perang, teorinya banyak diremehkan oleh perusahaan Amerika.
Terlihat
Total Quality Management ini berjalan tidak selalu diatas angin. Ada saat TQM
itu baik dan adapula diluar dari rencana seperti pada penimplementasian di
bidang pendidikan, kesehatan, dsb.
3.2 Saran
Meskipun di era globalisasi dewasa
ini, tidak ada lagi sesuatu yang semudah membalikkan tangan. Tetapi,
Sebaiknya para instansi-instansi yang masih ingin maju dan bersaing di pasar
global dewasa ini. Tetap memperhatikan mutu-mutu yang berkualitas tinggi karena
Mutu yang tercipta dengan kondisi seperti itulah yang disebut mutu terpadu
secara menyeluruh (Total Quality).
DAFTAR PUSTAKA
- Andie. 2000: TQM dan TQEM, pdf, http://andietri.tripod.com/jurnal/TQEM_T.pdf
- Dadang, CHAPTER REPORT HAND
BOOK OF TOTAL QUALITY MANAGEMENT, pdf,
- Program Pengembangan Kapasitas Manajemen dan
Kepemimpinan Berbasis Kinerja di Papua, Modul Spesifik Dinas Kesehatan 3
Manajemen Mutu Pelayanan, pdf
- http://www.SejarahTQMHariatyBurhan.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar